Mengapa Mudik Menjadi Larangan Saat Corona? Berikut Penjelasannya!

Mengapa Mudik Menjadi Larangan Saat Corona

Sebentar lagi umat Islam akan memasuki bulan Ramadhan yang disusul dengan hari raya Idul Fitri. Di tahun ini Ramadhan sepertinya akan dilalui dengan begitu berbeda dari Ramadhan sebelumnya karena berlangsung di tengah pandemi coronaVirus covid19 ini telah mengubah kebiasaan masyarakat dan memberikan batasan-batasan dalam bersosialisasi termasuk dalam kebiasaan yang biasanya dilakukan di masa bulan Ramadhan yaitu mudik. Saat ini pemerintah pusat menghimbau kepada masyarakat perantauan yang berada di Jakarta untuk tidak melakukan tradisi mudik lebaran. Dikhawatirkan saat terjadi arus mudik, akan mempercepat dan memperbanyak penularan virus covid19. Seperti apakah mudik bisa menjadi jalan penyebaran virus tersebut?

Mudik merupakan tradisi turun temurun masyarakat Indonesia. Hal ini terjadi karena banyaknya masyarakat dari desa yang memilih untuk bekerja di ibukota. Akibatnya saat menjelang hari raya lebaran, masyarakat perantau tersebut pulang kembali dan jumlahnya cukup besar hingga arus mudik sering kali menjadi penyebab kemacetan di berbagai ruas jalan khususnya di jalur pantura. Dari fenomena ini, dapat dilihat bahwa mudik selalu identik dengan kerumunan massa, alat transportasi umum yang penuh sesak, perjalanan yang panjang dan banyaknya perantau yang pulang ke kampung halaman dari Jakarta.

Semua hal-hal yang identik dengan mudik lebaran tersebut memiliki skala resiko penyebaran covid19 yang sangat tinggi mengingat saat ini Indonesia sedang berperang melawan pandemi. Berikut ini adalah resiko apa yang bisa terjadi seiring dengan tradisi mudik di tengah masa pandemi corona:

  • Berkerumun di terminal, stasiun dan bandara.

Jumlah pemudik yang sangat banyak dan biasanya menggunakan alat transportasi umum akan membuat tumpukan penumpang di tempat-tempat umum seperti terminal bus, stasiun kereta api ataupun bandara.

  • Berdesakan di dalam alat transportasi.

Di dalam bus atau kereta, mereka juga masih memiliki jarak yang cukup dekat hingga jika satu orang positif covid19 dapat menularkannya pada banyak orang lainnya di bus atau gerbong kereta tersebut.

  • Rasa lelah.

Melakukan perjalanan yang panjang pasti tubuh Anda akan merasa kelelahan. Lelah ini dapat menjadikan sistem imun tubuh menurun sehingga jika ada paparan virus ditakutkan imun tubuh tidak kuat melawannya sehingga justru bisa menyebabkan Anda menjadi sakit.

  • Membawa virus pada keluarga.

Saat pemudik berdesakan di stasiun, terminal, atau di dalam alat transportasi, mungkin tanpa mereka sadari, tubuh mereka terkontaminasi virus akibat ada seseorang yang positif covid batuk atau bersin di sekitarnya. Virus tersebut menempel di baju atau di barang bawaan yang Anda bawa pulang untuk keluarga. Saat sampai di rumah, bisa saja keluarga menyentuh barang atau pakaian Anda yang terkontaminasi virus sehingga menginfeksi dan bisa menularkan kembali pada keluarga lainnya.

Untuk mencegah agar angka pemudik tidak semakin bertambah, pemerintah berjanji memberikan sumbangan untuk mereka yang tidak mudik dan tinggal di ibukota. Selain itu bagi pemudik juga harus siap dengan konsekuensinya yaitu harus mengisi daftar pemudik dan menjadi ODP serta wajib mengkarantina diri secara mandiri atau di tempat yang disediakan oleh pemda.

Ada baiknya Anda mengikuti anjuran pemerintah untuk tidak mudik saat wabah corona ini masih mengintai. Namun jika Anda bersikeras, jangan lengah dan tetap menjaga kesehatan dengan melakukan konsultasi terlebih dahulu di Halodoc mengenai cara mencegah penularan selama melakukan perjalanan menggunakan transportasi umum. Patuhi peraturan pemerintah daerah agar Anda tidak menjadi sebab tertularnya keluarga dan tetangga yang bisa membahayakan nyawa.

Related posts